January 29, 2012

Kenapa Sejarah?

Alkisah beberapa hari yang lalu saya sedang berselancar di facebook. Seperti biasa, kursor hanya bergerak di sekitar wall, newsfeed, dan group yang harus dibuka satu-satu sekadar untuk melihat-lihat kabar paling up to date. Alhasil saya membuka group resmi keluarga alumni sekolah saya, Padmanaba. Roll ke bawah, baca satu persatu sepintas. Sampai pada sebuah link menarik.

He's a history teacher, but more than that, he's an inspirator for his students. Salah satu yang terinspirasi adalah saya sendiri. Seorang murid dari mungkin ribuan yang telah beliau ajar. Berkat beliau, saya sangat menyukai pelajaran sejarah. Kalau mau dibilang lebih dari itu, saya -sampai saat ini- masih sangat mencintai sejarah.

Ya, saya akui saya pernah sangat males belajar sejarah. Seperti kebanyakan anak SD saat itu, saya berpikir bahwa sungguh tidak ada gunanya menghapalkan angka-angka tahun yang tidak ada hubungannya dengan hidup kita. Semacam apa peduli saya kalau Pangeran Diponegoro berperang pada tahun 1825 sampai 1830. Saking desperate menghapal, saya sampai meniru cara majalah dengan membayangkan Pangeran Diponegoro perang habis maghrib saat jam 18.25 sampai 18.30. Cukup setengah jam saja haha.

Dan orientasi saya terhadap mata pelajaran yang satu ini mendadak berubah sejak SMA kelas XI. Tepatnya ya saat saya diajar oleh mahaguru yang bisa menghapal semua sejarah penting dunia di luar kepala itu. Mengutip sebuah statement yang berulang kali beliau sampaikan di sela-sela mengajar.
"Belajar sejarah itu bukan hanya membaca. Lebih dari itu, yang terpenting adalah mempelajari benang merah dari berbagai peristiwa secara berkesinambungan. Sejarah merupakan jalinan antar benang tersebut."
Saya akui, setelah mengetahui rahasianya adalah seperti yang beliau sampaikan, sejarah menjadi mudah dan menarik. Mempelajarinya tidak lagi dari buku-buku pelajaran yang -saya akui setengah mati- memang membosankan, tetapi dari film, TV shows, dan buku-buku populer. Yes, dan inilah asal mula saya menjadi penikmat film trilogi Merah Putih hehe.

Kenapa Sejarah?
Kenapa Sejarah? Kenapa bukan matematika, geografi, atau biologi? Bukan, bukan bermaksud untuk mendiskreditkan bidang studi lain. Saya lebih suka memaknai sejarah di luar dari konteksnya sebagai pelajaran yang dengan dipelajari maka murid akan dapat nilai. Sejarah itu luas, bahkan masing-masing individu di bumi ini punya sejarahnya masing-masing. Dan yang saya sukai dari kenyataan ini adalah bahwa kita tidak perlu mengulang sebuah kesalahan yang telah dilakukan seseorang dalam bagian sejarah hidupnya.
"We study history that we may be wise before the event."
 -Sir John Seeley-

Yes! That's it! Rasanya menjadi sangat bersemangat dan nasionalis ketika tahu para founding fathers bangsa ini, yang sebenarnya sudah hidup layak dan nyaman secara materi, mau turun ke hutan-hutan untuk angkat senjata dan berperang. Rasanya sangat berbangga ketika tahu kenyataan bahwa Indonesia adalah satu dari segelintir bangsa yang merdeka karena usahanya sendiri. Rasanya begitu ingin benar-benar mengabdi kepada bangsa ketika ingat bahwa satu-satunya alasan para pejuang itu gugur di medan laga adalah kedaulatan bangsa.

Dan rasa-rasanya asal muasal, akar pangkal dari kebobrokan moral para pemimpin bangsa Indonesia saat ini adalah karena mereka amnesia sejarah. Tidak perlu ribut-ribut tentang Keistimewaan kalau mereka ingat bahwa Kesultanan Yogyakarta yang menyokong pemerintahan selama revolusi, baik secara moral maupun material. Tidak perlu minta gaji naik, sertifikasi, atau remonerasi kalau mereka berkaca pada pendahulunya yang bahkan berkomitmen tidak menikah sebelum merah putih berkibar. Tidak perlu gedung maha megah untuk berkelahi kalau mereka malu dengan rumusan sila ke-satu yang diselesaikan dengan toleransi tingkat tinggi. Ya, tidak perlu ada mereka kalau nyatanya dulu Indonesia bisa berjaya dengan gerilya.

Dan saya di sini, berharap untuk tidak menjadi semacam mereka. Saya tahu sedikit sejarah. Saya belajar sejarah. Saya mencintai sejarah. Seperti kata Seeley, seharusnya kita lebih bijak untuk tidak mengulang kesalahan bangsa ini. So, mari belajar sejarah.


with all do respects to our teachers,
Pak Tarto, Pak Radi, Cak Budi
for every story that keep sticking inside my brain

1 comment:

  1. guru mau pada minta sertifikasi padahal guru di indonesia tidak di hargai seperti guru kebanyakan di korea...
    jadi sertifikasi untuk apa ya?

    ReplyDelete



blogger template by lovebird